Trimorejo

Trimorejo lahir di Gunungkidul 18 Juli 1957 sebagai Juru Kunci Candi Krapyak yang saat ini tinggal Rukun Tangga (RT) 01 Rukun Warga (RW) 08 Padukuhan Candi Kalurahan Giring Kapanewon Paliyan Kabupaten Gunungkidul. Candi Krapyak kebetulan Iokasinya kurang lebih hanya berjarak 400 meter dari rumahnya, sehingga tidak memakan waktu lama untuk menuju petilasan. 47 tahun berlalu mendapatkan tongkat estapet dari almarhum ayahnya Sonawi, dan Sonawi mendapatkan amanat dari Mbah Candi perempuan sebagai Juru Kunci Candi Krapyak. Tugas mulia yang diwariskan orang tuanya dilakukan dengan iklas dan penuh tanggujawab, slang malam mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan peziarah yang datang dari berbagai tempat. 

Sebagai Juru Kunci mendapatkan tugas secara penuh untuk merawat dan mengelola sekaligus memberikan pelayanan para peziarah. Setiap tahun bertepatan pada hari Jumat Legi sehabis panen jagung pasti diadakan ritual yaitu upacara adat Sedekah Candi. Pelaksanaan upacara adat Sedekah Candi dimulai sekitar pukul 09.00, masyarakat berangkat dari rumah masing-masing dan berkumpul di petilasan Candi Krapyak untuk mengikuti Sedekah Candi. Dengan membawa uborampe atau sesaji yang antara lain berupa nasi bledhak (nasi yang terbuat dari jagung), pelas pare, pelas jagung, telur dan lainnya. Hampir Semua sesaji yang disiapkan bahan bakunya bersumber dari jagung, karena jagung merupakan makanan kesukaan Ki Ageng Giring. Selesai sedekah Candi juga dipentaskan kesenian Reog Dan dikirabkan disekitar petilasan. 

Konon saat Ki Ageng Giring masih berada di Giring berniat membangun sebuah tempat untuk dijadikan kerajaan dan telah memerintahkan para pendhereknya untuk mengumpulkan batu sebagai bahan bangunan. Namun rencana itu diurungkan karena setelah Ki Ageng Giring gaga) minum degan (kelapa muda) wahyu Gagak Emprit, karena degan yang telah disiapkan lebih dahulu telah diminum Ki Ageng Pemahahan. Setelah peristiwa itu Ki Ageng Giring dalam waktu cukup lama sudah tidak lagi berada di Giring, tidak diketahui beliau pergi kemana, diyakini beliau mukswo. Masyarakat merasa kehilangan seorang tokoh yang dicintai dan sangat berjasa, karena telah banyak memberikan bimbingan baik dalam hal olah pertanian maupun yang lainnya. 

Akhirnya masyarakat secara bersama-sama mencari Ki Ageng Giring dengan cara membabat/membuka hutan belantara membuat jalan mencari Ki Ageng Giring dan berhasil menemukannya meskipun sudah meninggal dunia. Maka untuk mengenang jasa beliau masyarakat mengadakan upacara adat Babad Dalan Ki Ageng Giring. Upacara adat babad dalan ini masih dilestarikan hingga saat ini yang diselenggarakan setahun sekali bertepatan dengan hari Jumat Kliwon. Upacara adat Babad Dalan pada hari Jumat Kliwon dilakukan oleh dua Kalurahan yaitu Kalurahan Giring dan Kalurahan Sodo, karena Ki Ageng Giring dimakamkan di Kalurahan Sodo. 

Kemudian tempat yang tidak jadi digunakan untuk membangun kerajaan oleh Ki Ageng Giring, masyarakat menyebutnya sebagai petilasan dan diberinya nama Candi Krapyak. Disebut Candi Krapyak karena sebagian kecil batu-batu yang akan digunakan untuk pembangunan itu menyerupai batu candi dan masih ada hingga saat ini yang berada di sekitar petilasan. Dalam perjalanannya tempat itu juga digunakan sebagai nama padukuhan yaitu Padukuhan Candi sebagai salah satu pedukuhan yang ada di KalurahanGiringKapanewon Paliyan. 

Trimorejo yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 Sekolah Dasar Trowono kapanewon Paliyan, hidup sebagai buruh tani dan diwarisi tugas dari Ieluhurnya sebagai Juru Kunci sangat disyukuri. Baginya ada kebanggaan tersendiri ketika bisa melayani para tamu yang berziarah dan mengantarkan doa. Pada tahun 2019 Trimorejo berkat kejujuran, ketekunannya merawat budaya, Bupati Gunungkidul juga memberikan penghargaan sebagai pelestari upacara adat Sedekah Candi. Keberadaan Candi Krapyak memang menjadi salah satu sarana menumbuhkan semangat gotongroyong, persatuan dan kesatuan, semua warga datang berkumpul mengikuti upacara adat yang dipimpin Trimorejo Dengan Tidak Membedakan asal usul,suku,agama dan ras. 

Sebagai Juru Kunci yang bertugas menjaga, merawat, sekaligus memberikan pelayanan bagi tamu yang berkunjung, selalu berharap semoga petilasan yang memiliki nilai sejarah tetap bisa lestari, bahkan bisa menjadi destinasi wisata budaya. Meskipun Trimorejo hanya sampai kelas 4 Sekolah Dasar, tetapi selalu diminta ke Padukuhan yang lain, guna membeberkan pemahaman adat dan tradisi kepada masyarakat. Kalurahan Giring Sudah masuk menjadi Kalurahan Budaya, sehingga warganya akan tetap menjadikan kalurahan yang tetap berbudaya."**

 

Sebagian Pengunjung makam yang sedang melakukan ziarah
Sebagian Pengunjung makam yang sedang melakukan ziarah
Sedang melakukan ziarah
Sedang melakukan ziarah
Trimorejo
Trimorejo