Sutilah Suhardjo Prawirowilogo

Pelestari dan Pelaku Adat Tradisi dalam peran sebagai penyedia, peracik, dan penata ubarampe atau srana (sarana) sesajen (sesaji) dalam beberapa upacara adat maupun tradisi di wilayah keraton dan sekitarnya. Perannya sering kali kurang begitu dikenal oleh masyarakat luas, walaupun keberadaannya relatif lekat dengan beberapa upacara adat dan tradisi, karena perannya lebih berada di belakang layar. Sutilah Suhardjo Prawirowilogo lahir di Yogyakarta tanggal 17 Agustus 1944 dan saat ini bertempat tinggal di Kumendaman MJ. II No. 478 Mantrijeron Yogyakarta. Sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta, sosok Sutilah mempunyai pengalaman sebagai penyedia dan peracik sarana sesaji selama kurang lebih 34 tahun,terutama saat mengabdi di masa Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Berbagai pengalaman terkait seluk-beluk penyediaan, peracikan, dan penataan sarana sesaji ini telah mengembangkan pengetahuan maupun pemahaman yang terintegrasi dengan berbagai praktek dan kondisi kehidupan manusia. Pengalaman dalam menghadapi berbagai gesekan, benturan, rintangan, maupun kesulitan dalam proses penyediaan dan penataan sesajen telah membuka peta pengetahuan yang luas tentang komponen-komponen yang terintegrasi dengan berbagai jenis sesaji. Beberapa jenis sesajen yang disajikan oleh Sutilah saat ini, antara lain Sego Gurih Komplit, Tumpeng Megono,Tumpeng Robyong, Bucalan Buah-buahan, Jenang-jenangan dan Jajan Pasar, Sego Gurih, Pisang Ayu, Pisang Kencono, dan Nasi Kuning dan Nasi Kebuli. Masing-masing sesaji membutuhkan pemahaman tentang kualitas dan ketersediaan bahan baku, quality control dalam proses awal sampai akhir, persyaratan-persyaratan minimal, maupun penggantian bahan baku wajib apabila terjadi kekuranglengkapan prasyarat. Selain itu, tampilan wujud dan cara penyajian, bahkan cita rasa kenikmatan sesajen menjadi keutamaan yang harus dijaga. Dalam konteks ini, kepiawaian sosok Sutilah tidak diragukan lagi sebagai salah seorang atau salah satu komponen yang ikut menopang dan menjaga kelestarian upacara adat dan tradisi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Sesajen atau sajen adalah sejenis persembahan kepada Sang Penguasa melalui perantaraan para leluhur yang dianggap relatif lebih dekat keberadaannya dengan kehidupan manusia di dunia ini. Ungkapan Jawa tentang jalma tan keno kinira, Gusti tan keno kinaya ngapa (manusia tidak bisa diduga atau disangka, Tuhan tidak bisa dibayangkan atau diperumpamakan dengan suatu apapun) akan memberikan pijakan dalam memahami logika pikir orang Jawa. Dengan demikian ketika sarana sesaji terlekat erat pada hampir setiap upacara adat dan tradisi dalam masyarakat, maka masing-masing upacara adat juga mengandung suatu doa permohonan untuk keselamatan kehidupan ini ataupun permohonan-permohonan yang lain. Ketika peta pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan makna berbagai jenis sesajen dalam upacara adat belum tereduksi oleh perkembangan zaman, pada masa lalu, sesajen diracik dan disediakan sendiri oleh pihak keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan upacara adat tersebut. Namun saat ini, orang yang mempunyai pengetahuan atau pemahaman tentang nilai dan makna sesajen dalam masing-masing upacara adat relatif jarang dapat ditemukan di sekitar para penyelenggara upacara adat. Padahal keberadaan upacara adat relatif kurang dapat dipisahkan dengan keberadaan sesaji sebagai simbol pengungkapan harapan dan doa sebagai landasan penyelenggaraan masing-masing upacara adat tersebut bagi kehidupan ini. 

Dalam perkembangan zaman saat ini, upacara adat bisa juga terselenggara tanpa menyiapkan sarana sesajen. Dengan terselenggaranya upacara adat tanpa komponen sesajen sebagai penopangnya, maka dapat dipahami bahwa upacara adat tersebut terlaksana tanpa landasan doa dan pengharapan yang sudah berjalan secara padu serasi selama berabad-abad. Dalam konteks ini, peran sosok Sutilah menjadi sangat penting dalam menopang atau mendukung penyelenggaraan upacara adat. Sesajen bisa dipesan pada sosok yang masih memahami nilai dan makna sesajen sekaligus sosok yang masih mengetahui cara penyediaan, tatanan, dan penyajian sesajen. Pelestarian upacara adat dan tradisi sangat terkait erat dengan sosok yang masih menyimpan peta pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan makna sesajen, seperti sosok Sutilah.***

Foto Bersama
Foto Bersama
Sutilah Suhardjo Prawirowilogo
Sutilah Suhardjo Prawirowilogo
Sesajen / Sesaji
Sesajen / Sesaji