Shaggy Dog

Barangkali kampung Sayidan tidak akan seterkenal seperti sekarang jika tidak ada Shaggydog. Lagu ‘Di Sayidan’ yang diciptakan anak-anak muda yang setiap malam nongkrong di gang kampung daerah Gondomanan itu sangatlah populer sejak awal dirilisnya hingga sekarang. Sejak awal kemunculannya 23 tahun lalu tepatnya 1 Juni 1997, grup band Shaggydog memang tak pernah lekang oleh zaman dan semakin menguatkan Yogyakarta sebagai salah satu poros pertumbuhan musik di Indonesia. 

Band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik dan Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Style”, yaitu perpaduan antara beberapa unsur musik seperti skareggaejazz, swing dan rock. Shaggydog dipengaruhi oleh band-band seperti Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, dan Song Beach Dub Allstars.

Band yang mengusung aliran SKA ini, merupakan salah satu band senior yang masih solid dan eksis hingga saat ini. Shaggydog kini telah meluncurkan enam album sepanjang diskografinya. Perjalanan grup band ini dimulai saat mereka duduk dibangku SMA. Anak-anak muda kampung Sayidan yang sering kumpul dan nongkrong bersama di gang-gang sempit dekat Sungai Code itu, akhirnya memutuskan untuk membuat band. "Waktu itu Raymond ngajak manggung, yaudah dan kita pertama kali manggung di kampung sendiri, Sayidan," kata Heru, vokalis Shaggydog. Mulai tahun 1998 Shaggydog memutuskan untuk menekuni aliran musik SKA setelah sebelumnya tertarik dengan elemen SKA yang ada pada band Rancid dan NOFX dan beberapa band lainnya. Heru juga mengungkapkan pada tahun 1998, setelah eksisnya musik aliran SKA, ia dan band-nya sempat menolak sekitar 5 major label. "Karena kita tahu pada akhirnya kalau trend-nya turun kita dibuang," kata Heru. 

Saat trend musik Ska mengalami penurunan, hal tersebut juga berimbas pada Shaggydog. Mereka mengaku pernah selama satu tahun tidak ada pentas. Untuk menyambung hidup, mereka bersama sama tinggal di sebuah kontrakan dan menjadi pengrajin pandan. "Sampai titik baliknya kita di album ke-tiga hidup kita berbalik kayak langsung rise to the top lah," kata Heru.

Album Shaggydog pertama kali dirilis pada tahun 1999 dengan judul "Shaggydog" di bawah label Doggy House. Pada tahun 2001 album kedua berjudul "Bersama" dirilis. Masa keemasan Shaggydog dimulai pada tahun 2003, yang dimulai dari pesta tahun baru di UPN Yogyakarta di mana sekitar dua puluh ribu penggemar Shaggydog yang disebut doggies membanjiri UPN. Kemudian dilanjutkan dengan Tour 8 Kota Shaggydog di Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Yogyakarta, Magelang, semakin melambungkan nama Shaggydog.                                                                                                       

Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Music Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan judul "Hot Dogz".

Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog yang berjudul "Second Girl" untuk ikut kompilasi album "Asian Ska Foundation" yang berisi band-band ska se-Asia. Amat disayangkan album ini hanya beredar di Jepang. Dengan koneksitas manajemen yang bagus Shaggydog juga disertakan dalam berbagai kompilasi band-band yang terdapat di Eropa, yang antara lain adalah kompilasi "Banana Hits" yang dirilis oleh Republik Ceko.

Dimulai dari berbagai kompilasi dengan band luar negeri dan koneksi yang terjalin dengan baik, Shaggydog mulai dikenal didunia internasional. Hal ini ditandai dengan didapatkannya kontrak dari Festival Mundial Production untuk menjalani tour selama bulan Juni 2004 di Belanda. Pada tahun tersebut, Shaggydog tampil kurang lebih empat belas kali di delapan kota di Belanda. Di negara ini pulalah Shaggydog juga berkesempatan untuk rekaman secara live di studio Wissellord, yang notabene adalah studio rekaman yang pernah digunakan oleh band-band papan atas seperti The Police, Metallica, dan Mick Jagger.

Pada tahun 2005 Shaggydog memutuskan untuk keluar dari EMI Indonesia yang menyebabkan keterlambatan dalam merilis album baru, sebelum akhirnya bergabung dengan Pops Recs untuk album mereka yang ke empat, dan sepenuhnya diproduseri oleh Shaggydog sendiri. Pada tahun 2006, tepatnya dari bulan Maret hingga April, Shaggydog kembali diundang Festival Mundial Production untuk tour tunggal sebelas kota di Belanda Kemudian pada tahun 2009, tepatnya di akhir bulan Agustus Shaggy Dog diundang untuk tampil di acara Darwin Festival.

Pada bulan Agustus 2009 Shaggydog merilis album ke lima mereka yang berjudul "Bersinar" di bawah label Fame. Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karier Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personel Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka diindustri musik. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang dan berbagai pengalaman tour di Eropa telah menunjukkan kalau Shaggydog tidak hanya bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

Lekatnya Shaggydog dengan kehidupan sehari-hari, menjadikan mereka peka dengan masalah sosial disekitarnya, seperti lagu ‘Putra Nusantara’ yang mengangkat persoalan pendidikan di Indonesia, juga lagu ‘Kere Hore’ yang menyoroti ketimpangan sosial. Bagi masyarakat kampung Sayidan, keberadaan Shaggydog sangat membanggakan. Apalagi berhasil mengangkat nama kampung mereka. Kesuksesan Shaggydog bahkan telah menginspirasi anak-anak muda kampung lain dan memotivasi mereka. Orang-orang tua di kampung Sayidan masih sering bercerita tentang anak-anak muda yang dulu tidak jelas juntrungnya, tiap hari nongkrong sampai pagi, berhasil menjadi ‘living legend’ bagi lingkungannya dan dikagumi masyarakat penikmat musik Indonesia.

Shaggy Dog
Shaggy Dog
Menerima Penghargaan
Menerima Penghargaan
Latihan Rutin
Latihan Rutin
Penampilan Shaggy dog
Penampilan Shaggy dog