-
Sejarah
Padamulanya pusat Perguruan Tamansiswa berada di Kampung Tanjung, yang sekarangdiberi nama Jalan Gadjah Mada (dahulu Station Weg), Lempuyangan. Perguruan Tamansiswa kemudian berkembang pesat, akibatnya rumah perguruan yang ada di Kampung Tanjung, Lempuyangan tidak memadai lagi. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara memindahkan Perguruan Tamansiswa ke Wirogunan. Perguruan Tamansiswa membeli pekarangan dan rumah (sekarang Museum Dewantara Kirti Griya) beserta isinya di Gevangenis Loan Wirogunan (sekarang Jalan Tamansiswa) untuk dijadikan pusat Perguruan Tamansiswa yang baru. Sewaktu pindah ke Wirogunan, Perguruan Tamansiswa belum memiliki pendapa. Ki Hajar Dewantara menegaskan perlunya Tamansiswa memiliki pendapa. Untuk mewujudkan gagasan Ki Hadjar Dewantara dalam mendirikan pendapa, maka dibentuklah sebuah komisi Pendiri Pendapa, yang terdiri atas:
Ketua
|
: Ki R. Roedjito
|
Wakil Ketua
|
: B.P.H. Soerjodiningrat
|
Perencana
|
: G.P.H. Tedjokoesomo
|
|
Ir. Soeratin Sosrosoegondo
|
Pembantu
|
: Ki Panewu Katri Kartisoeseno
|
Pelaksana
|
: R. Sindoetomo
|
Pendirian bangunan Pendapa Agung Tamansiswa dimulai pada hari Ahad Legi 12 Jumadil Awal 1869, atau 10 Juli 1938. Pendiriannya ditandai dengan peletakan batu pertama oleh istri Ki Hadjar Dewantara,yaitu Nyi Hadjar Dewantara, ditandai dengan prasasti batu marmer dengan tulisan sebagai berikut:
PEMASANGAN BATOE - PERTAMA 10 -VIII - 1938 12 -V- 1859 / 1357 OLEH NJI HADJAR DEWANTARA AMBOEKA RARASANGESTI WIDJI
Prasasti tersebut kemudian dipasang pada dinding jerambah pendapa di sisi depan, sehingga dapat dibaca oleh setiap orang yang memasuki pendapa darikuncungan pendapa.
Kalimat "Amboeka Raras Angesti Widji" (Ambuka Raras Angesthi Wiji), merupakan Candrasangkala tahun 1869 J. Kata Ambuka mempunyai watak witangan (nilai) :9, kata Raras mempunyai watakwilangan 6, kata Angesthi mempunyai watak wilangan (nilai) : 8, kata Wiji mempunyai watak wilangan (nilai): 1. Makna nilai-nilai tersebut apabila dibalik menunjukkan angka tahun 1869 Jawa.
Pada hari Selasa Kliwon, 2 Ruwah 1889 atau 27 September 1938, diadakan upacara pemasangan mob, disertai dengan menancapkan paku emas pada molo tersebut yang dilakukan oleh B.P.H. Surjodiningrat. Mob adalah balok kayu horizontal yang yang mempunyai kedudukan paling tinggi dan sakral, terletak di bagian atap rumah paling atas sebagai tumpuan pangkal usuk brunjung (atap teratas bangunan Joglo).
Pendapa Agung Tamansiswa dibuka secara resmi pada hari Rabu Kliwon 23 Pasa 1869 atau 6 November 1938. Upacara pembukaan bersamaan dengan pembukaan Rapat Besar Umum ke Ill (Kongres Tamansiswa). Sejak saat itu, penyelenggaraan Kongres Tamansiswa selalu dilaksanakan di Pendapa Agung Tamansiswa. Sampai Saat Ini Pendopo Agung Tamansiswa dimanfaatkan sebagai tempat kunjungan edukatif bagi pelajar. Selain itu, difungsikan pula sebagai tempat kuliah lapangan bagi mahasiswa. Masyarakat sekitar juga memanfaatkan Pendopo Agung Tamansiswa untuk berkegiatans osial, berlatih tari, dan acara kesenian lainnya. Pendopo Agung Tamansiswa ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 243/M/201S tanggal 18 Desember 2015.