Dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, pada 22 Desember 1958. Menempuh pendidikan seni rupa di STSRI "ASRI" Yogyakarta, yang tidak is selesaikan, karena sudah terlalu padat dengan agenda berkesenian. Ong merupakan pelopor desain sampul buku, terutama untuk buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit independent, dengan karya-karya ilustrasi maupun tipografi yang berbeda dari buku-buku penerbit utama. Salah satunya adalah mengerjakan ilustrasi dan desain sampul buku-buku (novel) karya maestro Pramoedya Ananta Toer.
Ong Aktif berkarya seni rupa, namun lebih dikenal sebagai art director untuk sejumlah pertunjukan panggung (misalnya pada pertunjukan Indonesia Kita yang diinisiasi oleh Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto (atm.) dan Agus Noor), berbagai produksi film. Sebagai tata artistik, Ong Hary Wahyu memenangi penghargaan The Best Art Director dalam Festival Film Indonesia untuk Film Daun Di Atas Bantal yang dibintangi oleh Christine Hakim dan disutradarai oleh Garin Nugroho. Selanjutnya is hampir selalu terlibat sebagai art director untuk film garapan Garin Nugroho antara lain Kucumbu Tubuh Indahku, Soegija, Nyai, dll.
Pada 2022 Ong menangani pembuatan Diorama Arsip milik Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, berupa narasi sejarah Yogyakarta sejak Mataram hingga era pasca-reformasi 1998 berupa film, animasi, karya seni rupa, dan artifak lainnya, yang berada di lantai dua Gedung DPAD DIY. Proyek diorama kearsipan ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Ong juga aktif menggerakkan aktivitas terlibat kesenian berbasis komunitas, antara lain terlibat dalam komunitas masyarakat sungai, menggerakkan aktivitas masyarakat Nitiprayan - kampung di daerah Bantu! pinggir utara - yang juga tempat tinggal Ong, berupa aktivitas ibu-ibu dan masyarakat setempat berolah seni pertunjukan. Aktivitas yang kurang lebih sama, dikerjakan bersama seniman dan masyarakat Pacitan, Jawa Timur, berupa festival seni masyarakat. Di sela padatnya aktivitas semacam itu, Ong Juga masih terlibat menyertakan karya-karya seni rupanya pada berbagai pameran di berbagai kota di Indonesia.
Atas semua kiprah dan perannya, bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-40 Bentara Budaya, pada 26 September 2022, Ong Hary Wahyu mendapatkan Penghargaan Bentara Budaya - sebagai seniman penggerak secara organik- bersama tiga seniman lainnya yakni Warsad Darya (dari Indramayu), Sahilin (Sumatera Selatan), dan Serang Dakko (Sulawesi Selatan). Penghargaan ini merupakan pengakuan eksistensi Ong Hari Wahyu untuk kesekian kalinya.***