Almh. Siti Lestari Donolobo

SITI LESTARI DONOLOBO atau akrab disapa Ibu TARI  DONOLOBO merupakan sosok yang dikenang sebagai Perias Pengantin/Dukun manten. Ia Lahir pada 10 APRIL 1947 di Yogyakarta. Putri ketiga dari ibu R.AY. Siti Rochaya dan Bp. R. Donolobo Dirdjokusumo. Cucu dari pihak Ibu (RM. Hatmodanuseputro (wayah Sri Sultan Hamangkubuwuno VI), Cucu dari (pihak bapak) KRT. Dirdjokusumo (Bupati Bantul).

Ibu Tari Donolobo sempat mengenyam Pendidikan Pramugari dan Akademi Kewanitaan Yogyakarta, semasa sekolahnya di Yogyakarta yaitu di SMA Negri 3 Yogyakarta, SMP Negri 1 Yogyakarta.

Sejak Kecil sudah tidak asing dengan dunia seni khususnya dunia tata rias, karena ibunda ibu Tari yaitu ibu Siti Rochaya Donolobo (alm.) adalah seorang pemaes/perias pengantin.



Terbiasa dalam kehidupan sehari hari selalu terlibat, mulai dari meraut pensil alis, menyiapkan alat rias pengantin untuk dimasukkan di beautycase, menyiapkan bunga pengantin. Bahkan sejak kecil, selalu nderek dan membantu ibu Donolobo dalam tugasnya.

Kemudian meniti karir sebagai Pramugari di Bali, berhenti semenjak berkeluarga dan memiliki anak. Selain memiliki bisnis konveksi dan catering untuk pesawat, ibu Tari Donolobo mulai memberanikan diri merias pengantin untuk teman dekat, sekitar tahun 1971.

Melihat bakat dan kemampuan putrinya, Ibu Rochaya Donolobo meminta ibu Tari Donolobo untuk belajar merias lebih serius, kepada teman teman sesama perias pengantin Yaitu:

Ibu Prajoko Halpito (Sukirap Amanah Prajoko Halpito), Ibu Sosronegoro (Chandani Wiyati Sosronegoro), Ibu Marmien Sardjono dan Ibu Sri Supadmi. Untuk Keahlian PAES ibu Tari Donolobo diminta belajar dengan ibu Sri Supadmi yg sehari-hari menjadi asisten ibu Donolobo.

Sedangkan untuk adat dan busana, ibu Tari Donolobo belajar langsung dengan ibunya Ibu Rochaya Donolobo.

Ibu Tari Donolobo dari Bali pindah ke Yogyakarta, melanjutkan kegiatan rias pengantin ibu Donolobo. Sejak itu ibu Tari Donolobo serius belajar Tata Rias, Tata cara dan perlengkapan Adat Pengantin kepada para empu/ahlinya yaitu ibu Marmien Sardjono dan Busana Adat tradisional khususnya busana Yogyakarta dan Surakarta dengan Ibu Mari Condronegoro.

Sejak itu Ibu Tari Donolobo mulai menerima merias pengantin dan Aktif mengikuti kegiatan HASTANATA (Himpunan Ahli Seni Tata Rias dan Busana Yogyakarta), lahir tanggal 01 Maret 1978 didirikan oleh para Empu perias yaitu: Ibu Siti Rochaya Donolobo, Ibu Chandani Wiyati Sosronegoro, Ibu Sukirap Amanah Prajoko Halpito, Ibu Marmien Sardjono.

Keberanian para Empu HASTANATA menyebarluaskan dan menampilkan tata rias serta busana kraton kebesaran ini, dimulai setelah Empat serangkai ibu-ibu soko guru HASTANATA tersebut menghadap Ngarso dalem Sri Sultan HB IX, melalui garwo dalem KRAy. Pintoko Purnomo. Dan hasilnya Ngarso dalem memberi izin bahwa busana dan tata rias penganten kraton bisa dimasyarakatkan. Asal tidak “MEROBAH” dan tetap “MENIRU” apa yang dipakai pengantin Kraton.

Ibu Tari Donolobo mulai mengembangkan kegiatan rias pengantin ke luar Yogyakarta, atas ajakan kakaknya Ibu Donatirin Siswadi dan keduanya mendirikan Sanggar Sri Renggo Sadono pada tahun 1990.

Berawal dari melayani pengantin dari kalangan petinggi TNI/POLRI dan pejabat negara, perlahan Ibu Tari Donolobo mulai dikenal umum dari segala kalangan.

Kepindahan ibu Tari Donolobo ke Jakarta, semakin memacu Ibu Tari Donolobo untuk menggali tatarias dan busana tradisional Yogyakarta, MENGENALKAN Upacara Adat, lengkap dengan Uborampe/perlengkapan upacara adat, juga mengadakan Peragaan Busana Adat Yogyakarta ke kalangan masyarakat umum dengan tujuan menyebarluaskan, melestarikan agar generasi penerus bisa melanjutkan apa yang menjadi misi para pendiri HASTANATA.

Buku-buku ibu Tari Donolobo merupakan persembahan dari keluarga besar Ibu R.Ay. Siti Rochaya Donolobo dalam Upaya mewujudkan

cita-cita ibu Donolobo untuk terus melestarikan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang Busana Jawa yang bertolak dari Busana Adat Kraton Yogyakarta.

Bersama ketiga temannya Ibu Sukirap Prajoko Halpito, R.Ay. Mamien Sardjono Yosodiputro, Ibu R.Ay. Chamdani Sosronegoro mereka memberanikan diri dan memperjuangkan bagaimana busana kraton ini dapat dipakai diluar tembok istana, termasuk busana kebesaran pengantin Kraton Yogyakarta.

PERJALANAN:

MENYELENGGARAKAN PERAGAAN BUSANA ADAT dalam rangka

mengenalkan aneka busana Adat Tradisional:

Buku “MENGGALI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL Dalam Tata Rias dan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta”
Buku “MENGGALI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL Dalam Tata Rias dan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta”
Buku “MEMAKNAI TATA CARA DAN UBORAMPE PENGANTEN”
Buku “MEMAKNAI TATA CARA DAN UBORAMPE PENGANTEN”
Buku “Busana Adat Kraton Yogyakarta dan Cara Pemakaiannya"
Buku “Busana Adat Kraton Yogyakarta dan Cara Pemakaiannya"
Penyerahan Piagam Penghargaan
Penyerahan Piagam Penghargaan
Tari Donolobo
Tari Donolobo