KMT Cermo Wicara

Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Cermo Wicoro merupakan abdi dalem Kesultanan Yogyakarta yang 'sangat terkenal, terutama di wilayah Kota Yogyakarta. Keterkenalan sosok abdi dalem satu ini dikarenakan seringnya memboncengkan seorang 'abdi dalem cilik' dengan sepedanya ketika pulang dan pergi (pisowanan) ke Kraton Yogyakarta. Memiliki nama asli Sujatiman, K.M.T. Cermo Wicoro juga dikenal oleh masyarakat Yogyakarta dan katangan abdi dalem dengan panggilan Mbah Suyat. 

Pengabdiannya di Keraton Yogyakarta dimulai oleh Sujatiman sejak tahun 1972 di Kawedanan Krida Mardawa. Pangkat pertamanya adalah jajar dengan pekerjaan rutinnya mengeringkan wayang (ngangin-anginke/ngisis). Sujatiman memilih untuk menjadi abdi dalem karena mewarisi jiwa pengabdian dari ayahnya yang merupakan abdi dalem pekathik (pencari rumput) bernama Cokro Parman (wafat 1994). Sujatiman kecil oleh ayahnya sering diajak ke Kraton Yogyakarta untuk merawat kuda milk Sultan Hamengkubuwono IX. Dari kebiasaan tersebut, kecintaan Sujatiman terhadap Keraton Yogyakarta mulai tumbuh (Murdiono,31 Agustus 2022). 

Sujatiman kemudian mengabdikan hidupnya di Keraton Yogyakarta, meskipun dalam kesehariannya juga bekerja di Dinas Pekerjaan Umum (PU) sejak tahun 1975. Pada awalnya, Sujatiman bekerja sebagai tenaga honorer dan diangkat CPNS pada tahun 1983. Bagian kerjanya adalah asienering dan pengairan yang dilanjutkan dengan pekerjaan mengurus drainase kota di Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia. 

Salah satu yang mengesankan dalam hidupnya adalah ketika Sujatiman diberikan kesempatan untuk menata busana (njariki) KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram ketika dinobatkan menjadi Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 7 Maret 1989. Selain bekerja menjemur wayang, mengurus pakaian wayang orang, menjadi dalang wayang golek dan wayang kulit, Sujatiman juga dikenal ahli menjamasi pusaka. Salah satu keahlian lainnya yang terkenal dari Sujatiman adalah menyiapkan sesaji untuk upacara-upacara ritual yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta. 

Meskipun aktif di Keraton Yogyakarta, Sujatiman tetap bekerja di kantornya dan memiliki prestasi tersendiri. Baginya, menjadi seorang abdi dalem tidak harus terikat kuat, namun juga dapat bekerja formal secara profesional. Hal itu terbukti ketika pada tanggal 9 Agustus 2001 Sujatiman 

mendapatkan Penghargaan Satyalancana karya Satya 10 Tahun dari Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2001, Sujatiman adalah pengatur muda pada staf Dinas PU Kodya Yogyakarta. 

Setelah pensiun dari pekerjaannya pada tahun 2010, kehidupan Sujatiman difokuskan untuk mengabdikan diri di Keraton Yogyakarta. Keseriusan Sujatiman tersebut berbuah ketika tanggal 25 Oktober 2010 mendapat gelar Mas Wedana Cermo Wicoro bagian dhalang. Pemberian gelar tersebut diberikan oleh Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Yang Ditandatangani oleh GBPH H. Joyokusumo. 

Meskipun Mas Wedana Cermo Wicoro menjadi abdi dalem pada bagian dhalang, namun sosoknya justru dikenal oleh masyarakat umum di Yogyakarta sebagai seorang yang ahli membuat sesaji. Keahlian Cermo Wicoro tersebut didapatkan dengan belajar serius dari para abdi dalem senior di Keraton Yogyakarta. Oleh karena keahlian dan sikapnya yang mudah bergaul (luwesan), maka Cermo Wicoro secara cepat dikenal oleh banyak orang. Banyak dari berbagai kalangan, seperti dari pihak istana presiden di Gedung Agung, keluarga kesultanan, keluarga kadipaten, kalangan kampus, institusi pemerintah, pihak swasta, dan lainnya yang memesan sesaji kepada Cermo Wicoro (Karsiyem, 31 Agustus 2022). Umumnya sesaji tersebut biasa digunakan untuk acara selametan (slametan) pada berbagai acara hajatan. Cermo Wicoro juga disebutkan pernah diundang secara khusus oleh Presiden B.J. Habibi sebelum tahun 1999 (Murdiono, 31 Agustus 2022). 

Ketokohan dan terkenalnya CermoWicoro dalam hal membuat atau menyiapkan sesaji tidak membuat pribadinya menjadi sombong. Hal itu terbukti ketika Cermo Wicoro sangat suka untuk berbagi pengetahuan. la bahkan tidak sungkan-sungkan untuk berbagi ilmunya tentang pembuatan sesaji yang berhubungan dengan berbagai ritual dalam tradisi Jawa. Kemampuan membuat sesaji seperti yang dimiliki oleh Cermo Wicoro sudah termasuk sangat langka. 

Pria yang lahir di Yogyakarta pada 27 Agustus 1954 ini sempat meluluskan pendidikan dasardi SDJantu ran. Sujatiman kemudian diterangkan sempat belajar di Sekolah Pedalangan di Habiranda Pracimasana Keraton Yogyakarta pada tahun 1975. Setelah menikah dengan Karsiyem pada tahun 1983, Sujatiman tinggal di Janturan UH IV/493 F Yogyakarta. 

Dengan segenap peran aktivitasnya yang ditekuni dan dicintainya terutama dalam tradisi budaya Jawa, maka banyak membawa berkah dalam kehidupan Cermo Wicoro. Beberapa penghargaan penting didapatkan oleh Sujatiman, seperti penghargaan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia atas keikutsertaannya dalam Pergelaran Mahakarya Seni Tradisi pada tanggal 9 Desember 2012. Setelah itu, Cermo Wicoro juga mendapatkan piagam penghargaan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No 81/PG/2017 pada tanggal 22 Oktober 2017 karena konsisten dalam menggunakan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari. Piagam tersebut ditandatangani oleh Paku Alam X (Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada tanggal 5 Maret 2021, gelar Sujatiman naikmenjadi Kanjeng Mas Tumenggung(K.M.T.)Cermo Wicoro.***

 

KMT Cermo
KMT Cermo