Membicarakan seni rupa kontemporer Indonesia, harus menyebut nama Jim Supangkat, seorang yang mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk memikirkan, mempercakapkan, merancang, dan menggerakkan seni rupa kontemporer Indonesia di forum-forum pameran dan diskusi internasional. Bahkan dapat dianggap, Jim Supangkat (kelahiran Makassar, 2 Mei 1948) merupakan salah seorang inspirator dan "juru bicara" seni rupa kontemporer Indonesia. Jim - demikian is biasa disapa - merupakan pemikir, kurator, dan kritikus seni rupa Indonesia, yang sangat intensif memperhatikan aspek (sekaligus pendekatan) historis.
Jim menempuh Pendidikan seni rupa di Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), dan belajar filsafat dan estetika di Yogyakarta dengan Romo Dick Hartoko (1973-1975). Menjadi mahasiswa pendengar di Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada (1974-1975). Kemudian menempuh Pendidikan di Psychopolis Art Academie, Den Haag, belanda (1978-1979). Memiliki latar belakang sebagai perupa, sebagai salah seorang eksponen Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) Indonesia pada 1974-1979, sekaligus juga sebagai juru bicaranya. Setelah GSRB menyatakan membubarkan diri, Jim bertekun di jagad kekuratoran. la merupakan pelopor profesi kurator di Indonesia, di tengah ekosistem tata Kelola seni rupa yang masih terus-menerus mencari.
Pengalamannya menjadi curator tak terbilang. Beberapa diantaranya dapat disebut; Kurator Pameran Seni Rupa Kontemporer Negara-negara Anggota Non-Blok (1995); berbagai pameran seni rupa kontemporer di CP Art Space (Jakarta-Amerika Serikat); Biennale Jakarta; Jogja Biennale; CP Open Biennale; dan lain-lain. Pada setiap pameran yang dirancang, tak terelakkan, membawa dan mengamplifikasi pencapaian karya-karya seni rupa kontemporer para perupa (yang tinggal di) Yogyakarta.
Buku yang sudah ditulis antara lain Lukisan, Patung, dan Gratis Sidharta (1995); Indonesia Modem Art and Beyond (1977); The ContemporaryArt of The Non-Aligned Country (1977); Seni Rupa Indonesia Modern Indonesia, Seni dan Budaya di Ruang Ketiga (2005), Srihadi Soedarsono (2015), Entang Wiharso, dan lain-lainnya.
Penghargaan yang pernah diterima antara lain; Wendy Sorensen Memorial Award (1975); Indonesia Architect Association Award di bidang esai arsitektur (1985); Prince Claus Awards dari Kerajaan Belanda untuk Posting Cultural Development in The Third World to The International World (1997); dan Visual AretAward (2011).
Pengalaman panjang Jim Supangkat dalam memaknai dan mengamplifikasi pemikiran-pemikiran serta penciptaan karya seni rupa di berbagai forum nasional dan internasional, berdampak pada terbukanya beragam minat, kajian, pemahaman pada peneliti Eropa-Amerika. Jim berada dalam garda depan pada awal-awal aktivitas seni rupa internasional yang didominasi pada cara pandang Eropa-Amerika. Jim membuka pintu dan ruang bagi banyak pihak dan kepentingan, utamanya praktik wacana dan karya seni rupa kontemporer Indonesia.