Batik, salah satu penanda peradaban Nusantara yang telah diakui sebagai warisan dunia, menjadi bagian tak terpisahkan Tengah selama lebih dari satu millenium, telah menginspirasi dari busana tradisi Jawa khususnya adat Yogyakarta. Sementara itu, kekayaan ragam pola batik yang telah berkembang di Jawa insan-insan peon a dan pesan untuk senam biasa berkreasi hingga saat ini.
Sebagai salah satu jatidiri keistimewaan Yogyakarta, busana adat Jawa telah diperkenalkan kepada generasi muda melalui berbagai pemikiran dan kegiatan.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pelestarian lingkungan, berbagai upaya telah dilakukan untuk membawa kita kembali pada proses pewarnaan melalui tahap-tahap berbekal bahan alami. Beberapa figur telah berjasa dan berperan dalam penciptaan pola-pola baru, menanamkan kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan melalui proses pewarnaan alami, sekaligus menanamkan kecintaan generasi muda pada busana Jawa adat Yogyakarta. Salah satu diantaranya adalah sosok Dna yang akrab disana mas Jati.
Nama lengkap R. Jatinurcahyo, ST., MM lahir di Bantul pada tanggal 16 Oktober 1971. Semenjak usia belia, mas Jati telah menunjukkan kecintaannya pada karya budaya Jawa khususnya tata busana. Lingkungan keluarga, dalam hal ini kedua orangtuanya, telah menanamkan kecintaan pada salah satu tradisi adiluhung ini. Menginjak usia remaja hingga masa pendidikan di perguruan tinggi, sederet prestasi telah diraih melalui berbagai lomba dalam ranah seni budaya khususnya tata busana tradisi.
Kecintaannya pada khasanah budaya jawa inilah yang turut mengantarkannya untuk mengabdikan diri di lingkungan Pura Pakualaman, sehingga memperoleh gelar nama R. Riya Budyo Reksoko. Dengan segala kecakapan, wawasan serta dedikasinya, warga Kapanewon Sewon, Bantul ini mendapat kepercayaan dari Penghageng Pura untuk menjalankan tugas kesehariannya di Museum Pura Pakualaman, Yogyakarta. Ketugasannya ini dilaksanakan di tengah kesibukan utamanya sebagai pengajar di Universitas Bina Sarana Informatika.
Anggota Dewan Pendidikan DIY (2017-2022) ini juga mencurahkan perhatiannya pada pengembangan karakter generasi muda berbasis budaya melalui berbagai kegiatan organisasi seperti Paguyuban Dimas Diajeng lYdan Barahmus(Badan Musyawarah Museum) DIY.
Sementara dalam kehidupan kesehariannya yang bersahaja, kecintaannya pada batik corak klasik dan kepeduliannya kepada kesejahteraan warga setempat telah mendorongnya untuk mendirikan usaha batik tulis 'Warna Alam' pada tahun 2013 yang menerapkan proses secara manual dan menyerap tenaga kerja setempat. Di sela-sela jadwal kegiatan harian yang cukup padat, tidak mengurangi semangat dan komitmennya untuk menanamkan kecintaan generasi penerus pada karya budaya klasik gaya Yogyakarta. Ini dibuktikan melalui keterlibatannya secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai lomba karya budaya mulaisenitari klasik hingga tata busana J a wa ad at Yogyakarta (2013-2018). Keterlibatan ini juga dilandasi oleh kegelisahannya melihat kecenderungan sebagian masyarakat yang dinilai melakukan penyimpangan dalam pelestarian gaya busana adat.
Kapasitas dan wawasannya yang semakin berkembang sejalan dengan jejak pengabdiannya telah membuatnya dipercaya dan diminta untuk membagikan pengetahuannya sebagai narasumber dalam berbagai seminar dan kajian berbagai karya budaya Jawa.
Saat ini, Mas Jati tengah berfokus pada penciptaan pola-pola barn yang terbingkai dalam gaya klasik Pakualaman Yogyakarta, yang diharapkan semakin memperkaya khasanah budaya adi busana di lingkungan Pura Pakualaman.
Pada akhirnya,sebuah upaya pelestarian tradisi sarat makna dan simbol adiluhung, dengan segala dimensinya, termasuk peningkatan kesejahteraan dan penyelamatan lingkungan, memerlukan totalitas sekaligus kecintaan murni tanpa pamrih. Pada titik inilah, komitmen dan pengabdiannya sangat dibutuhkan dalam upaya menanamkan kecintaan generasi muda kepada karya budaya warisan leluhur.***