Haryani Winotosastro atau lebih akrab dipanggil Hani merupakan generasi kedua di Perusahaan Kerajinan Batik Winotosastro yang didirikan oleh orang tuanya -Winotosastro dan Mudinah Winotosastro- sejak tahun 1940. Dengan demikian, Hani juga merupakan generasi kelima dari pengusaha Batik di Yogyakarta.
Hani lahir di Yogyakarta pada tanggal 26 September 1945 dan berpendidikan Sarjana Muda Teknik Kimia UGM. Sudah sejak tahun 1960-an, Hani telah ikut terlibat dalam membantu orang tuanya dan memiliki peran besar dalam melestarikan pembuatan Batik secara tradisional di pusat kerajinan Batik Winotosastro. Bahkan sejak tahun 1970-an, Hani turut membantu di bagian produksi untuk melestarikan Batik dengan motif-motif klasik dan proses pembuatannya secara tradisional. Selain dikenal dengan motif-motif klasiknya, Batik Winotosastro memiliki kekhasan dengan penggunaan bahan pewarna alami.
Ketika industri-industri kerajinan Batik mulai beralih pada pewarna kimia sebagai alternatif pewarnaan Batik, maka sebagian besar kerajinan Batik Winotosatro tetap menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Keinginan Hani mempertahankan tradisi pembuatan Batik dengan bahan-bahan alami dilakukan sejak masih muda. Berbagai eksperimen dilakukan dengan menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna Batik, seperti indigo/tarum/ nila(indigofera), soga tingi (Ceriops Candolleana Arn), soga jambal (Pelthophorum Ferruginum), kayu tegeran (Cudraina Javanensis), putri mats (Mimosa pudica), mengkudu (Morinda Citrifelia), jambu biji (Psidium Guajova), mangga (Mangifero Indica L.), secang (Caesalpinia Sappan), nangka (Artocarpus Heterophyllus), kunyit (Curcuma),kesumba(Bixa Orela),dan sebagainya.
Hani juga memberikan biji tanaman indigo kepada sejumlah petani di wilayah Yogyakarta untuk ditanam.Apabila daunnya dipetik, Hani akan membelinya untuk dibuat pasta dan dimanfaatkan oleh Kerajinan Batik Winotosastro sebagai bahan pewarna biru. Langkah Ha ni mempertahankan pewarna alami ini merupakan pelestarian tradisi yang saat ini sudah terbilang jarang dilakukan oleh pengusaha Batik.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Hani yang saat ini bertempat tinggal di Jalan Tirtodipuran No.34 merupakan pemilik dan pimpinan Kerajinan Batik Winotosastro yang cukup konsisten da la m mempertahankan pembuatan Batik secara tradisional dengan bahan-bahan alami. Dalam berbagai seminar dan workshop yang diselenggarakan baik di Indonesia maupun di luar negeri tentang pembuatan Batik, Hani selalu mengedepankan pembuatan Batik tradisional dengan pewarna alam, baik ketika menjadi peserta, pembicara, maupun narasumber. Showroom Batik miliknya menjadi tempat belajar proses pembuatan Batik dari awal hingga akhir. Hani menaruh harapan besar khususnya pada generasi muda yang menyaksikan pembuatan Batik secara tradisional di showroom Batik dapat menghargai Batik sebagai warisan Ieluhur yang harus dilestarikan.
Hani turut serta dalam mempromosikan Batik Indonesia dengan mengikuti pameran-pameran nisi dagang di Eropa, Amerika Serikat, Canada,Asia,Afrika, dan China, balk yang dikoordinasi oleh pemerintah, perusahaan, maupun para sponsor, seperti United Nations Development Programme (UNDP), Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), dan The Japan External Trade Organization (JETRO).
Seat ini, Hani aktif sebagai pengurus di Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekanasda) Kota Yogyakarta, serta berbagai aktivitas terkait kerajinan Batik. Hash tetap meneruskan, melestarikan, dan mengembangkan Batik sebagai salah satu warisan budaya dunia, terutama Batik dengan motif-motif tradisional Jogja."'