Hanung Bramantyo

Perkembangan film Indonesia tidak bisa terlepas dari nama Hanung Bramantyo, lahir di Yogyakarta, 01 Oktober 1975, dikenal sebagai seorang sutradara muda dengan sejumlah karya berprestasi. Suami artis Zaskia Adya Mecca ini telah melahirkan banyak film fenomenal dan dibicarakan dibanyak kalangan. la pernah dinobatkan sebagai Sutradara terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2005 (Brownies) dan 2007 (Get Married). 

Karya spektakuler Hanung di awal karirnya ditunjukkan lewat film Ayat-ayat Cinta (2008), yang meraih 1,5 juta penonton pada 9 hari pertama. Sebuah film religi yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama dan sukses diputar di Malaysia dan Singapura. la sempat dijuluki sutradara film religius, meskipun ia lebih suka disebut sebagai sutradara yang "berjuang melawan kebodohan dan ketidak-pedulian". Dan itu dibuktikannya melalui serentetan produksi garapannya yang merambah banyak segmen dan latar belakang : Roman Sejarah, Politik, Biografi, Gender, Komedi, Horor, dan Science Fiction. 

Bagi Hanung ada beberapa film yang diproduksi di Jogja yang sangat berarti selama kariernya sebagai sutradara: Sang Pencerah (2010), Soekarno (2014), Sultan Agung (2018), Bumi Manusia (2019). Film-film monumental itu telah memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia perfilman di Yogyakarta. Paska produksi film Sang Pencerah dan Soekarno, Jogja menjadi salah satu penyedia sumber daya 'pekerja film' yang handal dilevel nasional. Pada musim produksi film, SDM dari Jogja sangat laris dan diminati untuk membantu produksi film nasional sebagai: Eksekutif Produser, Astrada, Artistik, Acting Coach, Cameraman, Kostum, Cast Director, dll. Dan gagasannya pula, produksi Film Sultan Agung dan Bumi Manusia telah berhasil menghadirkan sebuah Studio Alam di daerah Kabupaten Sleman. Studio Alam Gamplong itu kini telah menjadi salah satu destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan, dan menggerakkan ekonomi masyarakat sekitarnya. 

Hanung Sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, namun tidak diselesaikannya. Kemudian pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. 

Hanung Bramantyo banyak memberikan pengaruh pada perkembangan perfilman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam produksinya Hanung Bramantyo selalu melibatkan pekerja film dan aktor-aktor Yogyakarta. Banyaknya seniman-seniman teater di Yogyakarta, membuatnya semakin betah untuk memproduksi film di kota ini. Atmosfer kota Jogja bagi Hanung sangat inspiratif dan mayoritas film garapannya diproduksi disini. Selain itu banyak sineas-sineas muda Jogja yang lahir dari tangannya,setelah sebelumnya terlibat dalam produksi film bersamanya. Pada awal-awal produksinya di Jogja, Hanung sengaja merekrut anak-anak muda pecinta film untuk magang selama 6 bulan di sanggarnya, bekerja sebagai asisten crew sesuai dengan minat pilihannya. Sineas-sineas muda Jogja itu kini bahkan telah melanglang buana, mengikuti banyak festival film dunia dan meraih penghargaan internasional. 

Hanung sangat terbuka dengan kehadiran sutradara-sutradara muda itu dan tidak pelit membagi ilmunya. Sampai sekarang ia masih sering memberikan kesempatan anak-anak muda untuk terlibat dalam produksi filmnya,sekaligussebagai ruang belajar bagi mereka. 

Selama masa pandemi ini, ia memutuskan untuk hijrah ke Jogja bersama keluarganya dan tetap produktif berkarya. Terhitung beberapa Film layar lebar, FTV, Web-series dan film pendek telah diproduksinya, ia menolak menyerah pada kondisi yang sangat berat ini. Salah satu film pendeknya berjudul Di Rumah Sendirian, dikerjakan di dalam rumahnya dengan crew dan cast anggota keluarga, sopir, dan asisten rumah tangga. la tidak pernah bisa dihentikan, oleh pandemi sekalipun. 

Penghargaan: 

 

Filmografi - Sutradara: 

Brownies (2004), Catatan Akhir Sekolah (2005), Jomblo (2006), Lentera Merah (2006), Kamulah Satu-Satunya (2007), Legenda Sundel Bolong (2007), Get Married (2007), Ayat-Ayat Cinta (2008), Doa Yang Mengancam (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Get Married 2 (2009), Menebus Impian (2010), Sang Pencerah (2010),? (2011), Tendangan dari Langit (2011), Pengejar Angin (2011), Perahu Kertas (2012), Perahu Kertas 2 (2012), Gending Sriwijaya (2013), Soekarno (2014), 2014 (2015), Hijab (2015), Ayat-Ayat Adinda (2015), Mencari Hilal (2015), Surga Yang Tak Dirindukan (2015), Talak Tiga (2015), Turis Romantis (2015), Kartini (2016), Surga Yang Tak Dirindukan 2 (2016), Sultan Agung (2018), Bumi Manusia (2019), Habibie & Ainun 3 (2019), Gatot Kaca (2020) 

 

Filmografi -Producer: 

Habibie Ainun (2012), Hijrah Cinta (2014), Surga Yang Tak Dirindukan (2015), Mekah Im Coming (2019), Tersanjung (2019), Surga Yang Tak Dirindukan 3 (2019), Ibu (2019) 

 

Kartini
Kartini
Sultan Agung
Sultan Agung
Soekarno
Soekarno
Hanung
Hanung
Hanung Bramantyo
Hanung Bramantyo