Eko Agus Prawoto

Namanya dikenal sebagai Eko Prawoto, lengkapnya Eko Agus Prawoto. Terlahir di Purworejo, 13 Agustus 1958. Menjalani masa kecilnya di Purworejo, sampai kemudian mulai menjejakkan kaki di Yogyakarta, menjalani kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur sampai lulus 1982. Mulai menapaki karir sebagai dosen Arsitektur, kemudian melanjutkan studi masternya di bidang arsitektur di Berlage Institut Amsterdam, Belanda 1993. Eko Prawoto termasuk salah satu perintis Jurusan Arsitektur di Fakultas Teknik Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)Yogyakarta. Sebagai dosen muda yang bertugas untuk menyusun kurikulum, Eko Prawoto banyak bergaul dengan Rama YB Mangunwijaya, arsitek/budayawan, yang memperjuangkan pemukiman untuk kaum miskin kota di bantaran Sungai Code di tengah kota Yogyakarta, di samping advokasi kemanusiaan lainnya. Eko Prawoto menghitung pergaulannya dengan YB Mangunwijaya sampai rentang 20 tahun. Ada prinsip dasar dari bidang arsitektur yang dituliskan Eko Prawoto juga dapat ditemukan dalam berbagai karya arsitektur yang dirancangnya. Arsitektur merupakan media yang bekerja dengan dan di dalam alam dan benda. Padahal, alam dan benda diikat oleh hukum yang perlu dipahami. Kebenarannya perlu dipahami dan dipegang teguh, sekaligus cara memperlakukan benda juga dengan welas asih sehingga bisa hadir dalam keindahan secara mengagumkan. Pernyataan yang formulasinya seperti itu, dapat ditemukan dalam karya arsitektur yang dikerjakannya. Bahkan dengan bahan-bahan sisa (bekas) sekali pun. la tidak akan menyerah dengan pemasangan yang menggunakan bahan standar. Selain itu, bagi Eko Prawoto, arsitektur juga tidak terlepas dari realitas sosial budayanya. Dengan prinsip itulah, karyanya sangat terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya. Dapat dilacak dalam jejak proyek pasca bencana Yogya 2006 di desa Boto Kenceng, Bantul. Dalam perjalanan karya selanjutnya, sampai keterlibatannya sekarang untuk mengusahakan pembuatan museum alat-alat kerja bangunan yang sehari-hari. 

Ada sejumlah karya bangunan yang dikerjakan oleh Eko Prawoto. Antara lain, rumah tinggal dari sejumlah seniman - kakak adik Butet Kertarajasa dan alm. Djaduk Ferianto, Suwarno Wisetrotomo, pasangan penari Jenny Park - Lantip, rumah Studio perupa Pupuk Daru P., rumah Studio perupa Nasirun, jurnalis Maria Hartiningsih, dll. Selain rumah tinggal juga studio tempat kerja, ruang pertunjukan dan ruang pameran milik kelompok musik Kua Etnika, Cemeti Art House, Studio Tari Banjar Mili, Langgeng Art Gallery Magelang, dll. Karyanya yang lain juga terdapat di beberapa kota di Indonesia. Bahkan juga ada milik Grupo Naruman, Bucoli, sebuah komunitas di Timor Leste. Keterlibatan Eko Prawoto di bidang arsitektur, sekaligus sejalan dengan keterlibatannya dalam bidang seni. Jadi tidak mengherankan, ada berbagai kesempatan pameran yang diikutinya, balk di tingkat nasional, maupun internasional. Sejak 1999, Eko Prawoto tercatat dalam beberapa event Cities on the Move. (1999), di Hayward Gallery, London; (2000) di Kiasma, Helsinki, Finland. Transforming Asian Cities (2004) di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta. Demikian seterusnya, Eko terlibat dalam berbagai pameran di kota-kota di Eropa, dan kota-kota besar di Asia. Saat seniman Indonesia terlibat dalam Europalia Art Festival Indonesia 2017 , pameran karya di Brussel dan Antwerpen, Belgia, Eko menghadirkan "Bale Kambang" di Bonapartedok dan Museum an de Stoom. Karyanya itu dihadirkan dengan menggunakan bambu. Bambu menjadi bahan yang digunakan untuk menaklukkan dan menciptakan ruang dalam berbagai event internasional. Sekaligus memberi ciri eco-arsitektur. 

Dalam pandangannya tentang kegiatan seni dalam kota, Eko Prawoto menempatkan kesenian sebagai common groud, menjadi common clan social platform untuk kehidupan kota. Perlu terbuka untuk menerima aspirasi dari para warganya, pemegang stake holder yang menggerakkan. Dengan demikian perlu dijaga keberlangsungannya. Tidak hanya menjadi kerutinan, mekanistis, tanpa ruh. Prinsip-prinsip dan pandangan inilah yang juga dihidupi Eko Prawoto dalam kesehariannya. lnilah beberapa gambaran singkat sosok Eko Prawoto. Selain staf Pengajar pada Fakultas Teknik UKDW, juga terlibat sebagai Kurator Jogja Biennale dalam beberapa episode penyelenggaraan. Juga menjadi anggota Yayasan Biennale Yogyakarta. Beberapa kali menjadi Anggota Dewan Kebudayaan Propinsi Yogyakarta. Periode 2009- 2013, 2020-2022. Menjadi jelas, baginya, arsitektur bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk seni. ltulah yang dikerjakan Eko Prawoto, Sang Arsiteksekaligus Seniman. *** 

Pembuatan museum alat-alat kerja bangunan yang sehari-hari
Pembuatan museum alat-alat kerja bangunan yang sehari-hari
Eko Agus Prawoto dan karyanya
Eko Agus Prawoto dan karyanya