Bangunan nDalem Natan Kotagede

Bangunan ini dinamai nDalem Natan yang merupakan akronim dari Dr. M. Nasir Tamara M.A.,M.Sc., APU (selanjutnya disebut Bapak Nasir Tamara) dan Ibu Ita, suami isteri pemilik bangunan ndalem yang beralamat di Jalan Mondorakan nomor 5, Kota Gede, Yogyakarta ini. Bangunan nDalem Natan dahulu dikenal dengan nama nDalem Proyodranan karena bangunan ini milik Bapak Proyodrono, pengusaha perhiasan di Kotagede. Berdasarkan prasasti pendek yang tertera pada kuncung pendhapa bangunan ini selesai didirikan pada tahun 1857. Bangunan nDalem Natan dibeli oleh Bapak Nasir Tamara dari cucu Bapak Proyodrono setelah lama terbengkalai akibat rusak oleh gempa besar 26 Mei 2010. 

Menurut catatan Bapak Proyodrono adalah warga Kotagede kelompok Kalang. Orang Kalang terkenal sebagai kelompok berada di Kotagede, sebagai hasil ketekunan mereka dalam menjalankan perdagangan di bidang perhiasan, batik, transportasi, juga pegadaian. Meskipun kaya, mereka tidak dapat membangun rumah dengan gaya tradisional Jawa seperti rumah para sentana atau abdi dalem kraton, sebagaimana struktur social masa itu. Oleh karena itu, mereka membangun rumah tinggal dengan gaya arsitektur campuran, diantaranya Jawa, Eropa, Cina,juga memakai elemen-elemen dekorasi Timur Tengah. 

Meskipun ndalem Proyodranan ini tidak roboh oleh gempa besar 2010, namun kerusakannya cukup parah. Selanjutnya setelah dibeli oleh Bapak Nasir Tamara dilakukan renovasi terhadap bangunan ini selama empat tahun (2012-2016), dengan menerapkan prinsip-prinsip pemugaran bangunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian menjadikan ndalem ini sebagai salah satu dari sedikit rumah orang Kalang di Kotagede yang masih terpelihara dengan baik. 

Bangunan nDalem Natan memiliki gaya arsitektur campuran Jawa, dan Eropa, dengan ornamen-ornamen berciri Jawa, Eropa, Cina, dan Islam. Namun tata ruangnya menggunakan tata ruang rumah Jawa. Dengan demikian terdapat Pendhapa, Pringgitan, Dalem, Senthong, Gandhok Kiwa, Gandhok Tengen, Gadri, Pawon, dan Pekiwan. Bagian pendhapa lebih menyerupai teras yang luas, senthong tengah juga dilengkapi dengan pasien seperti lazimnya rumah tradisional Jawa. 

 

Sementara gandhok kiwa dan gandhok tengen difungsikan sebagai ruang pribadi pemilik bangunan serta kamar guest house, dan gadri menjadi ruang makan. Ruang garasi kemudian difungsikan sebagai café, dan direnovasi menjadi bangunan dua lantai. 

Lantai tetap menggunakan ubin lama namun dipoles, sehingga tampak lebih terang. Tiang di pendhapa berbahan kayu dengan ukir-ukiran motif flora dan geometric. Pintu dan jendela menggunakan tipe kupu tarung. 

Sekarang nDalem Natan selain berfungsi sebagai rumah tinggal, juga difungsikan sebagai guesthouse. Selain itu juga ada cafe, galeri, dan artspace. Fungsi-fungsi baru tersebut ditata tanpa menghilangkan bagian-bagian dan komponen-komponen aslinya. """ 

 

Pemilik
Pemilik
Gong
Gong
Tempat tidur
Tempat tidur
tampak dari depan
tampak dari depan
tampak dari samping
tampak dari samping