Bangunan Balai Desa Sidoluhur semula merupakan rumah pribadi Bapak Harjosuwarno. Beliau mencalonkan diri pada saat pemilihan lurah pada tahun 1946, namun pemilihan lurah dimenangkan oleh Bapak Wignyosudarmo. Kemudian Bapak Harjosuwarno menjual rumah pribadinya kepada lurah terpilih Bapak Wignyosudarmo. Rumah tersebut akhirnya dialih fungsikan sebagai Balai Desa / Kantor Kelurahan pada tanggal 5 Desember 1947, dan pada tahun itu pula 3 (tiga) kelurahan lama yaitu Krajan, Berjo, dan Tebon digabung menjadi satu, dinamakan Kelurahan Sidoluhur. Pada tahun 1975 diadakan perubahan tata ruang dari rumah tinggal menjadi Kantor Kelurahan / Balai Desa tanpa merubah bentuk arsitektur secara keseluruhan dari rumah tersebut.
Bangunan dan tata letak yang relatif masih memenuhi kaidah arsitektur Jawa, dimulai dari bangunan topengan (nama setempat kuncungan) yang paling depan, diiringi bangunan di belakangnya berupa pendhapa, pringgitan, dalem ageng, pawon, dan gandhok kiwa. Terdapat bangunan baru di samping kanan pendhapa dan dalem ageng yang difungsikan sebagai Kantor Kalurahan, serta bangunan di samping kiri gandhok kiwa sebagai garasi. Pada sisi barat pendhapa, ada tambahan em per menyambung atap penanggap pendhapa, difungsikan sebagai tempat parkir sepeda motor.
Bangunan topengan (kuncungan) berbentuk limasan. Pada 2 (dua) blandar pengeret di tengah, terdapat 2 (dua) ander yang menopang molo. Ander bagian bawah disangga oleh ganja berukir. Ganja sendiri berada di tengah sisi atas blandar pengeret. Di atas usuk diberi atap papan triplek menurut panjang usuk. Semua kerangka kayu diplitur. Penutup atap genteng vlam di glasir.
Bangunan pendhapa bergaya arsitektur Joglo Lawakan, dimana susunan atap hanya terdiri dari brunjungdan penanggap.4 (Empat) saka guru menyangga pamidhangan yang terdiri dari rangkaian 2(dua) blandar pamanjang dan 2 (dua) blandar pengeret. Di bawah pamidhangan dilengkapi dengan dua sunduk pamanjang dan dua sunduk panyelak (sunduk kili)yang ujung-ujungnya manjing (masuk) ke saka guru dengan sistim purus dan lubang. Tepat di tengah-tengah bentang antara dua blandar pamanjang dengan sunduk pamanjang dipasang sesanten berukir untuk menambah kekakuan hubungan antara pamidhangan dengan sunduk pamanjang, akan tetapi di tengah-tengah bentang antara blandar panyelak (blandar pengeret) dengan sunduk panyelak (sunduk kill) tidak dipasang sesanten, sehingga jumlah sesanten hanya dua buah. Ditengah-tengah bentang dua blandar pamanjang dihubungkan dengan dhadha paesi (dhadha pesi / dhadha peksi) berupa balok berukir. Di atas pamidhangan sisi luardansisidalam serta di atas dhadha paesi dilengkapi dengan balok bersusun ke atas sehingga membentuk piramida terbalik. Rongga yang terbentuk antara pamidhangan dan dhadha paesi, dan blandar singup ke arah atas dinamakan uleng. Bagian teratas uleng ini biasanya ditutup dengan plafond dari papan. Susunan balok di sisi luar pamidhangan dinamakan blandar larlaran,sedang susunan balok di sisi dalam dan di atas dhadha paesi disebut blandar singup. Kelebihan panjang ujung-ujung blandar lar-laran pamanjang dan blandar lar-laran panyelak yang saling dicathokkan dinamakan gimbal. Gimbal antara blandar lar-laran teratas dan blandar tar-laran di bawahnya dikunci dengan pritgantil berornamen buah keben, sehingga sering disebut dngan kebenan. Adapun rangkaian balok pamanjang dan panyelak yang teratas sebagai tumpuan ujung usuk brunjung, pangkal usuk penanggap, ujung dudur brunjung, serta pangkaldudur penanggap,tidakmempunyai gimbal dan bukan dinamakan blandar lar laran melainkan bernama takir brunjung.
Ujung-ujung takir brunjung sating bertemu dengan menggunakan system sambungan verstek 45°. Sistem pemasangan usuk pendhapa dengan system ri gereh (kedudukan usuk sejajar satu sama lain), serta posisi usuk methok, artinya penampang usuk yang lebar berada di atas dan bawah, dan penampang usuk yang tebal (tinggi) berada di samping. Blandar penanggap pendhapa ditopang dengan 12 (dua betas) saka penanggap. Di bawah blandar penanggap pendhapasisitimurditambah dengan dinding kayu dan kaca, sedang pada 2 (dua) saka penanggap pendhapa bagian belakang (nisi selatan) terdapat 2 (dua) bahu dhanyang, yang pada umumnya menjadi ciri khas rumah tradisional Jawa di Kotagede.
Bangunan pringgitan yang menghubungkan pendhapa depan dengan dalem ageng beratap limasan. Terdapat lantai yang lebih rendah antara pendhapa dengan pringgitan, sehingga harus ditambah papan di bagian tengah bentang lantai, agar lantai pringgitan dengan lantai pendhapa terhubung pada satu level.
Bangunan dalem ageng berbentuk arsitektur yang sama dengan pendhapa, yakni Joglo Lawakan, demikian pula konstruksi pamidhangan, blandar lar-laran, blandar singup, prit gantil, jumlah sesanten, dan sistim usuk. Perbedaan yang pokok bahwa dhadha paesi dalem ageng ini tidak diukir, juga bentuk sesanten berbeda dengan sesanten pendhapa meskipun mempunyai fungsi yang sama. Sesuai dengan sebutan dalem ageng, bangunan joglo ini berdinding. Pada sisi utara terdapat satu pintu dan dua jendela, pada sisi barat dan timur masing-masing terdapat satu pintu, sedang sisi selatan terdapat satu pintu dengan dua daun pintu panil (disebut kupu tarung), serta dua jendela kiri-kanan dengan daun jendela kombinasi bagian atas krepyak dan panil, dan bagian bawah panil penuh. Karena ukuran jendela agak besar, maka ditengah-tengah ambang jendela sisi atas dan bawah ditambah sebuah kayu vertikal sebagai pemisah daun jendela.
Gandhok kiwa berada di sebelah barat dalem ageng dengan bentuk atap kampung dengan satu serambi depan, dalam arsitektur tradisional Jawa disebut kampung pacul gowang. Ada tambahan ruangan di depan gandhok kiwa difungsikan sebagai ruang ibadah (musholla), serta bangunan tambahan baru berbentuk kampung jompongan di sebelah barat gandhok kiwa yang difungsikan sebagai garasi. Di sisi timur bangunan pendhapa dan dalem ageng ditambah bangunan baru berbentuk kampung jompongan yang difungsikan sebagai kantor Kelurahan Sidoluhur.
Bangunan paling belakang difungsikan sebagai dapur/pawon, dan antara dapur dengan dalem ageng dipisahkan dengan longkangan. Sumur Yang Terletak di depan dapur, dan masih berfungsi.***