Amir Junawan

Pelestari dan Pelaku Adat Tradisi dalam peran sebagai pembina yang turut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tradisi luhur Sadranan Agung Wotgaleh.  Tradisi ini secara rutin diselenggarakan di Komplek Makam Wotgaleh, Sendangtirto, Berbah, Sleman. Keterlibatan sosok Amir Junaman mulai dari pembentukan panitia, koordinasi antar pedukuhan dan antar pihak terkait, serta ikut dalam pelaksanaan acara inti.

Kebersamaan dalam penyelenggaraan Sadranan Agung Wotgaleh terus diupayakan untuk direngkuh oleh  pria kelahiran 12 Januari 1968 ini. Masyarakat sekitar, trah Purbayan (Poeroebajan), pemerintah, keraton, maupun pihak-pihak terkait sering kali dapat bergabung secara bersama-sama dalam pelaksanaan tradisi ini, sekaligus memberikan ruang penghayatan dari kehidupan Pangeran Purbaya sebagai leluhur Mataram.

Begitu pedulinya terhadap Kompleks Makam Wotgaleh, Amir Junawan juga menjadi  pengurus Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Sosok Amir Junawan berupaya untuk menonjolkan wisata religi di Wotgaleh dengan menggali berbagai potensi, baik Masjid Agung Sulthoni, Makam Pangeran Purbaya, maupun narasi sejarah dan kebudayaan yang terlekat di dalamnya. Dalam konteks ini, adat dan tradisi nyadran atau upacara doa/selamatan di makam Pangeran Purbaya dapat terajut juga dalam kemasan suatu paket wisata religi atau budaya.

Kegiatan Sadranan Agung Wotgaleh pada awalnya terbatas dilakukan oleh warga sekitar ataupun kerabat yang memiliki hubungan dengan Pangeran Purbaya atau leluhur lain yang dimakamkan di kompleks makam tersebut. Ketika tidak sedikit leluhur warga sekitar juga turut dimakamkan di area kompleks makam tersebut, maka terjadi kesinergisan maksud dan keinginan yang relatif sama dalam upaya mengenang dan menghayati jejak-jejak leluhur yang mengajarkan tentang kebijaksanaan hidup. Dalam perkembangannya, Sadranan Agung Wotgaleh juga pernah diwarnai dengan kedatangan kerabat dekat Keraton Yogyakarta, kerabat atau trah Pangeran Purbaya yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara, dan bahkan Sultan Badarudin dari Palembang.

Adat dan tradisi luhur Sadranan selalu dilaksanakan setiap tahun, sehingga saat ini tidak jarang sepanjang bulan Ruwah atau menjelang bulan Puasa (menurut penanggalan Jawa), kompleks Makam Wotgaleh hampir selalu ramai pengunjung untuk mengungkapkan kedekatan ataupun penghayatan atas leluhur mereka secara pribadi. Puncak kegiatan Upacara Adat Sadranan Agung Wotgaleh dilakukan menunggu setelah mendapat informasi (perintah) dari Keraton Ngayogjokarto Hadiningrat. Dalam konteks ini, peran sosok Amir Jumawan menjadi relatif penting dalam mempertemukan dan mengelola berbagai perbedaan kepentingan agar adat dan tradisi yang sedemikian luhur ini dapat semakin tertata dan terlestarikan tanpa mereduksi nilai dan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya.   

Hingga saat ini Upacara Sadranan Agung Wotgaleh tidak luput dari partisipasi dan perhatian dari berbagai pihak, antara lain pemerintah Kabupaten Sleman, para kerabat para leluhur yang dimakamkan di area kompleks makam tersebut, atau bahkan masyarakat umum yang ingin nguri-nguri Upacara Sadranan Agung Wotgaleh. 

Rangkaian kegiatan tersebut tidak lepas dari usaha untuk memelihara warisan leluhur yang mengandung berbagai nilai dan kebijaksanaan dalam menghargai leluhur kita, sekaligus menghayati keberadaan manusia dalam kehidupan ini. Para leluhur, nenek-moyang, ataupun orang tua telah memberikan jejak-jejak kebijaksanaan yang perlu diwariskan pada generasi berikutnya dan bahkan sebagai perantara keberadaan manusia di dunia ini atas kuasa Sang Pencipta.  Dalam konteks ini, peran sosok Amir Junawan tidak bisa dilepaskan dari rangkaian proses yang memberikan wahana dalam penghayatan manusia atas keberadaannya maupun dalam menemu-kenali jejak-jejak kebijaksanaan kehidupan para leluhur di masa hidupnya.

Leluhur yang dimakamkan di area kompleks Makam Wotgaleh barangkali mengisyaratkan beragam jejak kebijaksanaan relatif berbeda. Pangeran Purbaya yang sering dinarasikan sebagai wujud perpaduan keturunan antara Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring  telah memberikan ruang penghayatan tersendiri tentang kehidupan ini apabila dirangkai dengan narasi-narasi lain dari kedua tokoh tersebut. Selain itu, narasi relasi penghormatan terhadap sang ibu yang membesarkannya di lingkungan pedesaan dan juga sang ayah yang menjadi orang nomor satu di kerajaan Mataram telah membuka penghayatan tentang kebijaksanaan hidup, begitu juga rekam jejak sosok Pangeran Purbaya dalam narasi-narasi yang lain.

Amir Junawan
Amir Junawan
Ziarah makam
Ziarah makam
cagar Budaya Masjid Sulthoni Wotgaleh
cagar Budaya Masjid Sulthoni Wotgaleh
Pembinaan Penghayat Kepercayaan Adat dan Tradisi
Pembinaan Penghayat Kepercayaan Adat dan Tradisi